Melarikan Diri dari kemiskinan, Perangkap Perdagangan Manusia: Realitas Pengantin Pesanan

Late Post; Bertempat di Bangkok Thailand, 6 Februari 2025. Di tengah kirsis ekonomi yang semakin akut berbagai cara bermigrasi terus berkembang salah satunya dengan pernikahan. Menikah dengan orang asing dan tinggal bersama suami di luar negeri sebagai salah satu cara untuk keluar dari kemiskinan.

Sebagai rakyat Indonesia sedang tidak baik – baik saja dengan berbagai kebijakan yang tidak pro rakyat, meski negara kita dilimpahi oleh berbagai kekayaan sumber daya alam namun hanya segelintir orang saja yang menikmati.

Di Indonesia fenomena #KaburAjaDulu sudah terjadi sejak tahun 70 an, diskriminasi terhadap etnis China oleh rezim Soeharto dan kemiskinan menjadi salah satu faktor pendorong perempuan dari Kalimantan Barat menikah ke Taiwan , Hong Kong dan negara – negara lainnya. Tentu ini bukan menikah atas dasar saling cinta, namun berdasar pada perjodohan oleh agen perjodohan dengan biaya sangat tinggi. Istilah yang biasa kita kenal dengan pengantin pesanan.

Dan fenomena ini masih berlangsung dan terus berkembang menjadi modus perdagangan manusia bukan saja perempuan dari Kalbar namun dari Jawa juga Ini merupakan temuan dari hasil penelitian KABAR BUMI mengenai Pengantin Pesanan sebagai salah satu modus perdagangan manusia, pemaparan penelitian ini bersama dengan berbagai organisasi dari Korea, Malaysia, dan TaiwanTaiwan atas dukungan APWLD – Asia Pacific Forum on Women, Law and Development. Tentu saja karena ini acara PBB perwakilan dari Taiwan tidak bisa menyampaikan, karena status Taiwan.

Pemaparan hasil temuan ini menunjukan kehidupan para marriage migrant banyak yang tak seindah janji janji manis para calo bahkan banyak diantara mereka mendapat berbagai diskriminasi dan kekerasan dalam rumah tangga di negara tujuan.

Permasalahan yang dihadapi menjadi sangat kompleks antara bertahan dengan kekerasan atau bertahan karena berhubungan dengan ketergantungan visa pada pasangan. Bisa dibayangkan di Indonesia banyak perempuan belum bisa keluar dari lingkaran KDRT dan terus mempertahankan dengan berbagai alasan apakagi di luar negeri ditambahkan dengan ketergantungan visa, membaut perempuan semakin tak berdaya.

Pemaparan fakta fakta dari marriage migrant dari berbagai negara ini yg kita gunakan untuk mendorong dimasukannya isue marriage migran kedalam Global Compact for Migration. Keresahan isu mengenai fenomena #KaburAjaDulu tentu akan dimanfaatkan para calo dan sindikat perdagangan manusia. Terlebih akhir – akhir ini berbagai Chanel Sosial media bermunculan menunjukan tontonan kebahagiaan hidup di luar negeri bersama para pasanganya.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.