Tanjung Toda, Sulamu, 25–27 Juli 2025. Dalam upaya memperkuat konsolidasi gerakan rakyat melawan berbagai bentuk ketidakadilan struktural, Keluarga Besar Buruh Migran Indonesia (KABAR BUMI) turut ambil bagian aktif dalam Kemah Sosial-Ekologis: Sejauh Mana Arah Gerakan Kita? yang diselenggarakan di pesisir Tanjung Toda, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan ini diinisiasi oleh JPIC Divina Providentia dan Talitha Kum Jaringan Kupang, sebagai ruang perjumpaan reflektif yang mempertemukan para penggerak muda dari berbagai latar isu lingkungan hidup, hak asasi manusia, kesetaraan gender, komunitas adat, serta organisasi buruh migran. Lebih dari sekadar diskusi, kemah ini menjadi ruang untuk membangun solidaritas lintas sektor dan mengurai benang kusut persoalan sosial-ekologis yang mengakar.
KABAR BUMI hadir bukan hanya sebagai peserta, tetapi sebagai kekuatan utama yang selama ini konsisten mengadvokasi hak-hak buruh migran dan penyintas perdagangan orang di NTT. Keikutsertaan ini menjadi penegasan bahwa isu buruh migran tidak bisa dipisahkan dari persoalan kemiskinan struktural, relasi kuasa yang timpang, dan kebijakan pembangunan yang tidak adil.
“Buruh migran bukan sekadar korban. Kami adalah bagian dari rakyat yang selama ini dipinggirkan dalam pembangunan. Kemah ini memberi ruang bagi kami untuk menyuarakan realitas, memperluas jejaring solidaritas, dan membangun arah perjuangan bersama,” ungkap salah satu perwakilan KABAR BUMI dalam forum diskusi tematik.
Lebih lanjut, KABAR BUMI menekankan pentingnya membaca keterhubungan antara isu perdagangan orang, konflik agraria, kekerasan berbasis gender, dan krisis ekologi sebagai satu rangkaian sistemik. Oleh karena itu, pendekatan sektoral harus ditinggalkan dan diganti dengan kerja-kerja kolaboratif berbasis keadilan dan keberpihakan kepada kelompok rentan.
Pemilihan Tanjung Toda sebagai lokasi kegiatan juga bermakna simbolik. Alam terbuka menjadi ruang kontemplatif yang memungkinkan peserta menyelami kembali akar perjuangan, membangun kekuatan batin, serta menata ulang arah gerakan ke depan. Kegiatan kolektif seperti memasak bersama, berbagi pengalaman di sekitar api unggun, hingga refleksi dalam kesunyian pantai turut memperkuat ikatan emosional dan komitmen kolektif.
Kemah ini hadir di tengah meningkatnya represi terhadap gerakan masyarakat sipil, kriminalisasi terhadap aktivis, dan menyempitnya ruang ekspresi publik. Dalam konteks itulah, inisiatif seperti ini menjadi oasis perjuangan, tempat untuk mengisi ulang energi, merawat keberanian moral, dan menumbuhkan keyakinan bahwa perubahan masih mungkin diperjuangkan, bersama-sama.
Melalui keikutsertaan dalam kegiatan ini, KABAR BUMI menegaskan bahwa gerakan buruh migran adalah bagian tak terpisahkan dari gerakan sosial-ekologis yang lebih luas. Suara dari pinggiran harus terus dibawa ke pusat perdebatan publik, agar keadilan tidak hanya menjadi wacana, melainkan kenyataan yang dirasakan oleh semua.
Dari tanah Flobamorata, KABAR BUMI bersama JPIC Divina Providentia, Talitha Kum Jaringan Kupang, dan seluruh jaringan masyarakat sipil menyuarakan tekad, bahwa di balik luka-luka struktural yang terus menumpuk, selalu ada harapan, selama ada yang bersedia melangkah bersama, dan terus melawan. (klv)
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.